TUGAS
MAKALAH
MODEL-MODEL
UNTUK PEMBELAJARAN NILAI PKN DALAM BERMAIN PERAN DAN KONSIDERASI
MATA
KULIAH : INOVASI PEMBELAJARAN PKN SD
OLEH
KELOMPOK
8
DEDI
SYAHPUTRA A1G013132
MELIANI
A1G013153
IRA
ARISKA A1GO13155
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ model-model untuk pembelajaran
nilai pkn dalam bermain peran dan konsiderasi” dengan baik.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu
persyaratan akademis untuk memenuhi tugas mata kuliah “ inovasi
pembelajaran pkn SD”
yang merupakan tugas untuk memperoleh
nilai pada mata kuliah yang bersangkutan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
akan keterbatasan dan kemampuan sehingga kami banyak mendapatkan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima
kasih kepada:
- Dra.
V. Karjiyati, M.Pd selaku ketua prodi yang memberikan kesempatan kepada
kami untuk menimba ilmu pengetahuan di tempat ini.
- Dra. Puspa Djuwita, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah “inovasi
pembelajaran pkn SD” yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Sebagai manusia yang lemah, kami masih
membutuhkan berbagai masukan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan isi dari makalah ini, akan kami terima sebagai
sebuah input yang positif.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita sekalian.
Bengkulu,
18 Maret 2015
Kelompok
8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah,
baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan
sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara,
melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan
inkuiri.
Guru yang
kreatif senantiasa mencari metode-metode baru dalam memecahkan masalah, tidak
terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang
sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh.
Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa
bermain peran merupakan salah satu metode yang dapat digunakan secara efektif
dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan
masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut
kehidupan peserta didik.
Melalui bermain
peran dan konsiderasi para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah (Mulyasa, 2013: 112).
Sebagai suatu
metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial.
Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu para peserta didik menemukan
makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam pada itu,
melalui metode ini peserta didik diajak untuk belajar memecahkan
masalah-masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial
yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dalam menganalisis
situasi-situasi sosial. Terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi
peserta didik. Pemecahan masalah tersebut dilakukan secara demokratis. Dengan
demikian melalui metode ini para peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai demokratis
B.
Rumusan
Masalah
1.
Pengertian
pembelajaran nilai dalam VCT ?
2.
Pengertian
metode bermain peran (role playing)?
3.
Bagaimanakah
langkah-langkah role playing?
4.
Apakah
manfaat metode bermain peran ?
5.
Apa
kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bermain peran ?
6.
Bagaimana
cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran ?
7.
Pengertian
model konsiderasi ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pembelajaran nilai
dalam VCT.
2.
Untuk
mengetahui pengertian metode bermain peran ( role playing).
3.
Untuk
mengetahui langkah-langkah metode pembelajaran bermain peran (role playing).
4.
Untuk
mengetahui manfaat metode bermain peran.
5.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bermain peran (role
playing).
6.
Untuk
mengetahui cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role
playing).
7.
Untuk
mengetahui pengertian model
konsiderasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
1. Pengertian
Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode
adalah cara kerja untuk memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah
ditentukan. Metode pembelajaran yang digunakan guru hampir tidak ada yang
sia-sia, karena metode yang digunakan tersebut akan mendatangkan hasil dalam
waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama.
2. Pengertian
Metode Pembelajaran
Pembelajaran adalah
setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat
penting, keberhasilan implementasi model pembelajaran sangat tergantung pada
cara guru menggunakan metode pembelajaran (Majid,
2014: 150).
Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran berarti upaya
operasional guru dalam menjalankan langkah-langkah suatu model pembelajaran
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
3. Pengertian
Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role playing)
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pengembangan model belajar
dimaksudkan agar guru memahami benar bagaimana murid belajar yang efektif, dan
model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai dengan situasi
dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri. Salah satu model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada
pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia adalah model role playing.
Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa model role playing (bermain peran) adalah “model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas”. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa “bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru”. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur (Syamsu, 2000).
Adapun Uno (2008: 25) menyatakan bahwa:
Model pembelajaran bermain
peran (role playing) adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa
sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi
permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong murid
mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga bahwa proses
psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada
kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa model role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramati-sasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.
1) Guru menyiapkan skenario pembelajaran
2) Menunjuk beberapa murid untuk
mempelajari skenario tersebut
3) Pembentukan kelompok murid
4) Penyampaian kompetensi
5) Menunjuk murid untuk melakonkan
skenario yang telah dipelajarinya
6) Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon.
6) Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon.
7) Presentasi hasil kelompok
8) Bimbingan penyimpulan dan
refleksi.
Menurut Uno (2008: 26)
bahwa:
Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan
langkah, yaitu: (1) persiapan/pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan
pengamat (observer), (4) menata panggung atau tempat bermain peran, (5)
memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang, (8)
diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan kesimpulan.
1)
Persiapan atau pemanasan
Guru berupaya memperkenalkan murid
pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang
perlu mempelajari dan menguasainya. Hal ini bisa muncul dari imajinasi murid
atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu cerita
untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti jika dilema atau masalah
dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan
oleh guru yang membuat murid berpikir tentang hal tersebut.
2)
Memilih pemain (partisipan)
Murid dan guru membahas karakter
dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan
pemain, guru dapat memilih murid yang sesuai untuk memainkannya (jika murid
pasif atau diduga memiliki keterampilan berbicara yang rendah) atau murid
sendiri yang mengusulkannya.
3)
Menata panggung (ruang kelas)
Guru mendiskusikan dengan murid di
mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan yang
diperlukan.
4)
Menyiapkan pengamat (observer)
Guru menunjuk murid sebagai
pengamat, namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus
juga terlibat aktif dalam permainan peran.
5)
Memainkan peran
Permainan peran dilaksanakan secara
spontan. Pada awalnya akan banyak murid yang masih bingung memainkan
perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan.
Bahkan mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan
peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera
masuk ke langkah berikutnya.
6)
Diskusi dan evaluasi
Guru bersama dengan murid
mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang
dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul, mungkin ada murid yang meminta untuk
berganti peran atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah.
7)
Bermain peran ulang
Permainan peran ulang seharusnya
berjalan lebih baik, murid dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan
skenario.
8)
Diskusi dan evaluasi kedua
Pembahasan diskusi dan evaluasi
kedua diarahkan pada realitas. Mengapa demikian? Pada saat permainan peran
dilakukan banyak peran yang melampaui batas kenyataan, sebagai contoh seorang
murid memainkan peran sebagai pembeli, ia membeli barang dengan harga yang
tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi.
9)
Berbagi pengalaman dan diskusi
Murid diajak untuk berbagi pengalaman
tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan
membuat kesimpulan. Misalnya murid akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia
dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya
murid menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi Ayah dari murid
tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, murid
akan belajar tentang kehidupan.
1. Role playing
dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi yang
telah dan sedang mereka pelajari
2. Role playing
melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3.
Role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke
dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Metode bermain peran (role playing)
mempunyai beberapa kelebihan dan juga mempunyai beberapa kekurangan
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan
Menurut Syaiful Sagala (Suharto,
2013: 418), kelebihan metode bermain peran (role playing)
antara lain:
a.
Siswa melatih dirinya untuk malatih memahami dan mengingat isi
bahan yang akan diperankan.
b.
Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c.
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni peran di sekolah.
d.
Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya.
e.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
f.
Bahasa lisan siswa dibina dengan baik agar mudah dipahami orang.
Kemudian menurut Adelia Vera (Vera,
2012: 128-129), metode bermain peran memiliki kelebihan diantaranya :
a.
Dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik
dan contoh-contoh yang menyenangkan.
b.
Dapat
menanamkan semangat peserta didik dalam memecahkan masalah ketika memerankan
sekenario yang dibuat.
c.
Dapat
membangkitkan minat peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
d.
Permainan
peran bisa pula memupuk dan mengembangkan suatu rasa kebersamaan dan kerjasama
antar peserta didik ketika memainkan sebuah peran.
e.
Keterlibatan
para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional
maupun intelektual pada masalah yang dibahas.
2.
Kekurangan
a. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
c. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan tertentu.
d. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai.
e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
f. Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif.
g. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan.
E. Cara Mengatasi Kekurangan pada Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Menurut Syaiful (2011:214)
ada beberapa cara untuk mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain
peran (role playing) ini diantaranya:
1. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat memecahkan masalah
hubungan sosialyang aktual ada di masyarakat.
2. Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga menarik minat anak.
Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga menarik minat anak.
3. Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil
mengatur adegan pertama
4. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di dramakan harus sesuai
dengan waktu yang tersedia.
F.
Model konsiderasi
Model konsiderasi (the conderation model) dikembangkan oleh mc. Paul,
seorang humanis. Pembelajaran moral siswa menurutnya ialah pembentukan
kepribadian bukan pengembangan intelektual. Model ini menekankan kepada
strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Pembelajaran sikap pada
dasarnya adalah membantu anak agar dapat mengembangkan kemampuan untuk bisa
hidup bersama secara harmonis, peduli, dan merasakan apa yang dirasakan orang
lain.
Implementasi
model konsiderasi guru dapat mengikuti tahapan pembelajaran seperti dibawah ini
:
a. Menghadapkan
siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menyuruh
siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang
tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan,
kebutuhan dan kepentingan orang lain.
c. Menyuruh
siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang terjadi.
d. Mengajak
siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat katagori dari setiap
respons yang diberikan siswa.
e. Mendorong
siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang
diusulkan siswa.
f. Mengajak
siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandangan untuk menambah
wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
g. Mendorong
siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan
pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
Sebenarnya banyak sekali model pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran PKn, namun tidak banyak model pembelajaran
yang mengacu pada pendidikan nilai dan moral. Dalam pkn dikenal suatu model pembelajaran, yaitu model VCT (Value
Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu teknik
belajar-mengajar yang membina sikap atau nilai moral (aspek afektif). Vct
dianggap cocok digunakan dalam pembelajaran pkn yang mengutamakan pembinaan
aspek afektif.
Namun ada beberapa kesulitan dalam pembelajaran
afektif yaitu yang pertama dikarenakan selama ini proses pendidikan sesuai
dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual.
Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran di
sekolah ditentukan oleh kriteria kemampuan intelektual (kemampuan kognitif).
Pendidikan kewarganegaraan semestinya diarahkan untuk pembentukan sikap dan
moral, oleh karena itu keberhasilannya diukur dari afektif juga.
Yang kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Artinya, walaupun di sekolah guru
berusaha memberikan contoh baik, akan tetapi tidak didukung oleh lingkungan
yang baik sekolah maupun lingkungan masyarakat, maka pembentukan sikap akan
sulit dilaksanakan. Oleh karena itu semua pihak harus ikut berpartisipasi dalam
proses pembentukan karakter anak dan kehidupan sehari-hari.
dan yang terakhir pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi
informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada
pembentukan karakter anak. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara kita
mengontrol dari anak didik dalam penggunaan media komunikasi dan informasi
serta peran orang tua dalam mengawasi perkembangan anaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Metode
pembelajaran bermain peran (role playing) adalah cara yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan suatu topik/masalah yang
dipecahkan oleh peserta didik dengan memainkan peran dalam hal ini terkait
dengan pembelajaran.
a.
Role playing dapat memberikan
semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang
mereka pelajari
b.
Role playing melibatkan jumlah murid
yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
c.
Role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke
dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).
3.
Langkah-langkah metode pembelajaran bermain
peran (role playing) meliputi guru menunjuk siswa yang
akan bermain peran, guru memilih masalah menarik, guru menceritakan peristiwa
yang akan diperankan, guru harus
memberikan tanggapan, guru memberikan penjelasan kepada pemeran dengan sebaik-baiknya.
4.
Kelebihan metode pembelajaran bermain peran (role
playing) meliputi : dapat melatih siswa untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan, siswa akan terlatih untuk berinisiatif. Kekurangannya: Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi
kurang kreatif, dan banyak memakan waktu.
5. Cara mengatasi kekurangan pada metode
pembelajaran bermain peran (role playing) adalah guru harus menugaskan
kepada siswa yang tidak ikut bermain peran untuk mencatat hasil dari bermain
peran itu.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini maka penulis menyarankan
baik kepada pendidik ataupun calon pendidik untuk dapat menggunakan metode
pembelajaran yang banyak jenisnya salah satunya adalah metode pembelajaran
bermain peran (role playing) agar dengan digunakannya metode-metode ini
siswa lebih aktif dan dapat lebih memahami apa yang telah dipelajari dan dapat
menerapkannyya didalam kehidupan sehari-hari.
Keren yaaa
BalasHapuskunjungi http://univsoft94.blogspot.co.id/