Rabu, 23 September 2015

MODEL-MODEL UNTUK PEMBELAJARAN NILAI PKN DALAM BERMAIN PERAN DAN KONSIDERASI

TUGAS MAKALAH
MODEL-MODEL UNTUK PEMBELAJARAN NILAI PKN DALAM BERMAIN PERAN DAN KONSIDERASI
MATA KULIAH : INOVASI PEMBELAJARAN PKN SD
DOSEN PENGAMPU : Dra. Puspa Djuwita, M.Pd.









OLEH

KELOMPOK 8
DEDI SYAHPUTRA              A1G013132
MELIANI                              A1G013153
IRA ARISKA                        A1GO13155


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ model-model untuk pembelajaran nilai pkn dalam bermain peran dan konsiderasi” dengan baik.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk memenuhi tugas mata kuliah “ inovasi pembelajaran pkn SD” yang merupakan  tugas untuk memperoleh nilai pada mata kuliah yang bersangkutan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari akan keterbatasan dan kemampuan sehingga kami banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada:
  1. Dra. V. Karjiyati, M.Pd selaku ketua prodi yang memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu pengetahuan di tempat ini.
  2. Dra. Puspa Djuwita, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah “inovasi pembelajaran pkn SD” yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Sebagai manusia yang lemah, kami masih membutuhkan berbagai masukan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan isi dari makalah ini, akan kami terima sebagai sebuah input yang positif.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Bengkulu,  18 Maret  2015 

Kelompok 8





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari metode-metode baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu metode yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Melalui bermain peran dan konsiderasi para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah (Mulyasa, 2013: 112).
Sebagai suatu metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam pada itu, melalui metode ini peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah-masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi-situasi sosial. Terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah tersebut dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui metode ini para peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian pembelajaran nilai dalam VCT ?
2.      Pengertian metode bermain peran (role playing)?
3.      Bagaimanakah langkah-langkah role playing?
4.      Apakah manfaat metode bermain peran ?
5.      Apa kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bermain peran ?
6.      Bagaimana cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran ?
7.      Pengertian model konsiderasi ?


C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian  pembelajaran nilai dalam VCT.
2.      Untuk mengetahui pengertian metode bermain peran ( role playing).
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah metode pembelajaran bermain peran (role playing).
4.      Untuk mengetahui manfaat metode bermain peran.
5.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bermain peran (role playing).
6.      Untuk mengetahui cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing).
7.      Untuk mengetahui pengertian model konsiderasi.







BAB II
   PEMBAHASAN

A.    Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
1.      Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja untuk memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode yang digunakan tersebut akan mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama.

2.      Pengertian Metode Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, keberhasilan implementasi model pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran (Majid, 2014: 150).
Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran berarti upaya operasional guru dalam menjalankan langkah-langkah suatu model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

3.      Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role playing)
     Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pengembangan model belajar dimaksudkan agar guru memahami benar bagaimana murid belajar yang efektif, dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai dengan situasi dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia adalah model role playing.

Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa
model role playing (bermain peran) adalah “model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas”. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa “bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru”. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur (Syamsu, 2000).

Adapun Uno (2008: 25) menyatakan bahwa:
Model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa
model role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramati-sasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.

B.                 Langkah-langkah pembelajaran role playing

Menurut Suherman (2009: 7) bahwa sintak dari model pembelajaran role playing adalah:

1)    Guru menyiapkan skenario pembelajaran
2)    Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3)    Pembentukan kelompok murid
4)    Penyampaian kompetensi
5)    Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya
6)    Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon.
7)    Presentasi hasil kelompok
8)    Bimbingan penyimpulan dan refleksi.

      Menurut Uno (2008: 26) bahwa:
Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu: (1) persiapan/pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung atau tempat bermain peran, (5) memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang, (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan kesimpulan.
1)      Persiapan atau pemanasan
Guru berupaya memperkenalkan murid pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Hal ini bisa muncul dari imajinasi murid atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti jika dilema atau masalah dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat murid berpikir tentang hal tersebut.

2)      Memilih pemain (partisipan)
Murid dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan pemain, guru dapat memilih murid yang sesuai untuk memainkannya (jika murid pasif atau diduga memiliki keterampilan berbicara yang rendah) atau murid sendiri yang mengusulkannya.


3)      Menata panggung (ruang kelas)
Guru mendiskusikan dengan murid di mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan yang diperlukan.

4)      Menyiapkan pengamat (observer)
Guru menunjuk murid sebagai pengamat, namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran.

5)      Memainkan peran
Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan  banyak murid yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya.

6)      Diskusi dan evaluasi
Guru bersama dengan murid mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul, mungkin ada murid yang meminta untuk berganti peran atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah.

7)      Bermain peran ulang
Permainan peran ulang seharusnya berjalan lebih baik, murid dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.

8)      Diskusi dan evaluasi kedua
Pembahasan diskusi dan evaluasi kedua diarahkan pada realitas. Mengapa demikian? Pada saat permainan peran dilakukan banyak peran yang melampaui batas kenyataan, sebagai contoh seorang murid memainkan peran sebagai pembeli, ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi.

9)      Berbagi pengalaman dan diskusi
Murid diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya murid akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya murid menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi  Ayah dari murid tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, murid akan belajar tentang kehidupan.

C.                Manfaat model role playing
            Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah:
1.      Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari
2.      Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3.      Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).

D.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Metode bermain peran (role playing) mempunyai beberapa kelebihan dan juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Kelebihan
Menurut Syaiful Sagala (Suharto, 2013: 418), kelebihan metode bermain peran (role playing) antara lain:
a.       Siswa melatih dirinya untuk malatih memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan.
b.      Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c.       Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran di sekolah.
d.      Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e.       Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f.       Bahasa lisan siswa dibina dengan baik agar mudah dipahami orang.
Kemudian menurut Adelia Vera (Vera, 2012: 128-129), metode bermain peran memiliki kelebihan diantaranya :
a.       Dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik dan contoh-contoh yang menyenangkan.
b.      Dapat menanamkan semangat peserta didik dalam memecahkan masalah ketika memerankan sekenario yang dibuat.
c.       Dapat membangkitkan minat peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
d.      Permainan peran bisa pula memupuk dan mengembangkan suatu rasa kebersamaan dan kerjasama antar peserta didik ketika memainkan sebuah peran.
e.       Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah yang dibahas.
2.      Kekurangan
a.       Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
b.      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
c.       Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
d.      Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
e.       Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
f.       Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif.
g.      Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.



E.     Cara Mengatasi Kekurangan pada Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Menurut Syaiful (2011:214) ada beberapa cara untuk mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing) ini diantaranya:
1.      Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat memecahkan masalah hubungan sosialyang aktual ada di masyarakat.
2.      Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga menarik minat anak.
3.      Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama
4.      Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di dramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia.

F.                 Model konsiderasi
Model konsiderasi (the conderation model) dikembangkan oleh mc. Paul, seorang humanis. Pembelajaran moral siswa menurutnya ialah pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Pembelajaran sikap pada dasarnya adalah membantu anak agar dapat mengembangkan kemampuan untuk bisa hidup bersama secara harmonis, peduli, dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Implementasi model konsiderasi guru dapat mengikuti tahapan pembelajaran seperti dibawah ini :
a.       Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.
c.       Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang terjadi.
d.      Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat katagori dari setiap respons yang diberikan siswa.
e.       Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa.
f.       Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandangan untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
g.      Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.

Sebenarnya banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn, namun tidak banyak model pembelajaran yang mengacu pada pendidikan nilai dan moral. Dalam pkn dikenal suatu model pembelajaran, yaitu model VCT (Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu teknik belajar-mengajar yang membina sikap atau nilai moral (aspek afektif). Vct dianggap cocok digunakan dalam pembelajaran pkn yang mengutamakan pembinaan aspek afektif.

Namun ada beberapa kesulitan dalam pembelajaran afektif yaitu yang pertama dikarenakan selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah ditentukan oleh kriteria kemampuan intelektual (kemampuan kognitif). Pendidikan kewarganegaraan semestinya diarahkan untuk pembentukan sikap dan moral, oleh karena itu keberhasilannya diukur dari afektif juga.
Yang kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Artinya, walaupun di sekolah guru berusaha memberikan contoh baik, akan tetapi tidak didukung oleh lingkungan yang baik sekolah maupun lingkungan masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan. Oleh karena itu semua pihak harus ikut berpartisipasi dalam proses pembentukan karakter anak dan kehidupan sehari-hari.
dan yang terakhir pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara kita mengontrol dari anak didik dalam penggunaan media komunikasi dan informasi serta peran orang tua dalam mengawasi perkembangan anaknya.
























                                                          BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Metode pembelajaran bermain peran (role playing) adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan suatu topik/masalah yang dipecahkan oleh peserta didik dengan memainkan peran dalam hal ini terkait dengan pembelajaran.
2.         Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah:
a.       Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari
b.      Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
c.       Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).
3.      Langkah-langkah metode pembelajaran bermain peran (role playing) meliputi guru menunjuk siswa yang akan bermain peran, guru memilih masalah menarik, guru menceritakan peristiwa yang akan diperankan,  guru harus memberikan tanggapan, guru memberikan penjelasan kepada pemeran dengan sebaik-baiknya.
4.      Kelebihan metode pembelajaran bermain peran (role playing) meliputi : dapat melatih siswa untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan, siswa akan terlatih untuk berinisiatif. Kekurangannya: Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif, dan banyak memakan waktu.
5.      Cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing) adalah guru harus menugaskan kepada siswa yang tidak ikut bermain peran untuk mencatat hasil dari bermain peran itu.

B.     Saran
Dengan selesainya makalah ini maka penulis menyarankan baik kepada pendidik ataupun calon pendidik untuk dapat menggunakan metode pembelajaran yang banyak jenisnya salah satunya adalah metode pembelajaran bermain peran (role playing) agar dengan digunakannya metode-metode ini siswa lebih aktif dan dapat lebih memahami apa yang telah dipelajari dan dapat menerapkannyya didalam kehidupan sehari-hari.



1 komentar: